Lokasi jualan rujak tumbuk.

FOR YOUR PLATE, Halo Konco Luwe! Di tengah geliat kuliner modern dan jajanan viral, satu cita rasa tradisional tetap bertahan dan justru semakin dicari: rujak tumbuk. Di Malang, nama Pak Udin menjadi salah satu yang identik dengan rujak khas Betawi ini. Lapaknya sederhana, namun pelanggan selalu ramai mengantre. Dari balik cobek kayunya, tersimpan cerita panjang tentang perpindahan rasa dari Jakarta ke Malang.

Dari Kramat Jati ke Kota Pelajar

Pak Udin bukanlah pedagang baru. Ia memulai usahanya sejak tahun 1987 di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur. Dengan gerobak dorong dan alat tumbuk dari kayu, ia menjajakan rujak dari kampung ke kampung. Setelah meracik rujak di Ibu Kota lebih dari 30 tahun, pada 2022 ia pindah ke Malang dan membuka lembaran baru usahanya.

“Awalnya cuma coba-coba jualan di Malang. Tapi ternyata banyak yang suka. Apalagi mahasiswa dan ibu-ibu yang kangen rujak kayak di kampung halaman,” ujar Pak Udin sambil menyiapkan bumbu di cobek kayu miliknya.

Kini, Pak Udin hanya membuka satu cabang saja di Malang, tepatnya dekat kawasan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Ia berjualan dari pukul 09.00 hingga 18.00, dan tak pernah sepi pembeli. Terutama saat jam makan siang antara 11.30 hingga 13.00, antrian bisa mengular.

Rujak Tumbuk Jadi Primadona

Rujak favorit pelanggan.
Sumber: Avisa/Doc Pribadi

Pak Udin menyediakan berbagai menu seperti rujak manis, rujak serut, dan rujak tumbuk—yang menjadi favorit pelanggan. Ia menumbuk langsung olahan buah-buahan seperti pepaya muda, mangga, nanas, bengkoang, dan jambu bersama bumbu kacang, gula merah, sedikit garam, dan cabai. Suara tumbukan yang khas menambah daya tarik tersendiri bagi pembeli yang menyaksikannya.

“Yang bikin beda itu rasa bumbunya. Ada manis, gurih, pedas, dan segar dari buahnya. Dan semuanya ditumbuk langsung, jadi bumbunya benar-benar meresap,” ujar Lia, salah satu pelanggan setia.

Pelanggan Setia dan Suasana Khas

Banyak mahasiswa datang karena lokasinya dekat dari kampus. Ibu-ibu rumah tangga juga kerap mampir dan membeli dalam jumlah banyak sebagai camilan sore. Suasana lapak Pak Udin terasa hangat, dengan bangku plastik berjejer dan aroma bumbu rujak yang khas.

Harga pun terjangkau. Pak Udin menjual satu porsi rujak mulai dari Rp10.000 saja. Ia juga menyesuaikan tingkat kepedasan sesuai permintaan pelanggan.

Menjaga Resep Tradisional di Tengah Tren Modern

Proses pembuatan rujak tumbuk.
Sumber: Avisa/Doc Pribadi

Di tengah tren kuliner kekinian yang dipopulerkan media sosial dan viralitas TikTok, Pak Udin justru menjadi pengingat bahwa cita rasa lokal tak pernah kehilangan penggemar. Ia mempertahankan metode tradisional dan memilih bahan segar agar keaslian rasa tetap terjaga.

“Saya enggak pakai bumbu instan. Semua dari bahan alami ditumbuk sendiri. Itu yang bikin orang balik lagi,” jelas Pak Udin. Meski usianya tak muda lagi, ia masih semangat berjualan setiap hari. Ia berharap bisa terus melestarikan rujak tumbuk agar anak-anak muda mengenal dan menyukai makanan tradisional ini.

FAQ

1. Apa itu Rujak Tumbuk?

Rujak tumbuk adalah olahan buah-buahan seperti pepaya muda, mangga, nanas, bengkoang, dan jambu yang ditumbuk bersama bumbu kacang, gula merah, garam, dan cabai. Proses tumbuk dilakukan langsung di depan pembeli, sehingga bumbu lebih meresap dan aromanya khas.

2. Siapa Pak Udin dan sejak kapan beliau berjualan rujak?

Pak Udin adalah pedagang rujak asal Jakarta yang mulai berjualan sejak tahun 1987 di Kramat Jati, Jakarta Timur. Ia pindah ke Malang pada tahun 2022 dan membuka satu cabang dekat kawasan Universitas Tribhuwana Tunggadewi.

3. Apa saja jenis rujak yang dijual oleh Pak Udin?

Pak Udin menyediakan tiga jenis rujak yaitu, Rujak manis, Rujak serut, dan Rujak tumbuk menjadi menu favorit pelanggan

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *