FOR YOUR PLATE, Haloo konco luwee!!! Di tengah gempuran modernisasi dunia kuliner dan membanjiri makanan ringan instan dari berbagai penjuru, satu nama tetap menjadi kebanggaan warga Pasuruan: Bipang Jangkar. Tidak hanya menjaga keaslian rasa tradisionalnya, Bipang Jangkar juga menjadi pengikat nilai-nilai budaya dan sejarah yang hidup di tengah masyarakat.

Berbagai macam varian rasa dari Bipang Jangkar Pasuruan - (Sumber : Zaky - dok pribadi)

Cita Rasa Warisan yang Tak Pernah Pudar

Bipang Jangkar merupakan salah satu kuliner legendaris dari Kota Pasuruan, Jawa Timur, yang telah eksis sejak tahun 1949. Di tengah kemajuan pesat industri pangan modern, aroma khas manis dari bipang masih menyebar kuat ke sudut-sudut kota Pasuruan. Ini bukan sembarang bipang, melainkan Bipang Jangkar, makanan ringan bersejarah yang telah menjadi lambang kuliner daerah selama lebih dari delapan puluh tahun. Produk ini tak hanya sekadar kudapan ringan, tetapi juga merupakan bagian dari budaya yang terus dijaga oleh keluarga pewarisnya.

Bipang, yang merupakan singkatan dari “beras kepang”, ialah makanan ringan berbahan dasar beras yang dipanggang serta diberi karamel sebagai pemanis. Cemilan ini terkenal karena kerenyahannya dan rasa manis yang khas. Namun Bipang Jangkar menawarkan lebih dari sekadar rasa; konsistensi dan kualitasnya menjadikannya simbol kuliner kebanggaan bagi masyarakat Pasuruan.

Dari Usaha Rumahan Hingga Menembus Pasar Nasional

Dengan keterbatasan peralatan dan bahan pada masa itu, Kwee Pwee Bok menciptakan bipang dengan resep sederhana namun unik, yang melahirkan rasa yang sulit dilupakan orang-orang yang mencicipinya. Putra sulungnya, Kwee Ik Sam, kemudian memberikan nama ‘Jangkar’ untuk merek produk mereka.

Usaha generasi pertama ini membuahkan hasil. Seiring berjalannya waktu, masyarakat luas mulai mengenal Bipang Jangkar, bahkan pasar-pasar besar di Jawa Timur dan kota-kota lainnya di Indonesia pun mulai menerimanya. Para penerus bisnis ini terus menjaga rasa, mutu, nilai-nilai yang pendirinya telah mewariskan kepada generasi penerus.

Pabrik Bipang Jangkar Pasuruan - (Sumber : Zaky - dok pribadi)

Resep Tradisional yang Tetap Dijaga

Kekuatan utama dari Bipang Jangkar terletak pada kemampuannya mempertahankan resep leluhur secara konsisten. Meski dunia telah berubah dan teknologi produksi makanan kian canggih, para pengrajin tetap melakukan beberapa tahapan penting secara manual dalam pembuatannya. Para pengrajin memproses beras pilihan dengan seksama, menjemurnya, lalu memanggangnya menggunakan metode tradisional demi menghasilkan kerenyahan khas bipang.

Tahapan paling menentukan dalam pembuatan bipang adalah saat proses pengolahan karamel sebagai perekat butiran beras. Pada proses inilah keahlian para pengrajin benar-benar diuji. Mereka harus mengatur suhu dan waktu memasak dengan sangat tepat. Sedikit kesalahan dapat mengubah cita rasa secara drastis. Ketelitian dan kesabaran menjadi bagian dari nilai-nilai tak tertulis yang mereka teruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Menjadi Daya Tarik Wisata Kuliner

Kehadiran Bipang Jangkar tak hanya bernilai kuliner, tetapi juga menjadi bagian dari tujuan wisata lokal di Pasuruan. Wisatawan sering mengunjungi toko Bipang Jangkar di pusat kota untuk membeli oleh-oleh khas ataupun menyaksikan langsung proses produksi bipang.

Pemilik toko membangun toko utama Bipang Jangkar di Jl. Lombok No.37–39, Kelurahan Trajeng, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur. Dan merenovasi bangunan lamanya menjadi toko baru yang lebih modern dan nyaman.

“Saya selalu membawa bipang ini sebagai oleh-oleh khas dari Pasuruan, karena dalam satu kemasan isinya banyak, praktis, dan tidak cepat basi meskipun disimpan lama,” ujar Laily, salah satu pembeli Bipang Jangkar.

“Lokasi barunya sangat nyaman, lebih luas dan bersih. Menurut saya, harganya juga sepadan dengan rasa yang dihadirkan dalam satu kemasan bipang ini,” tambahnya.

All Varian Bipang Jangkar Pasuruan - (Sumber : Zaky - dok pribadi)

Simbol Akulturasi Budaya di Pasuruan

Bipang Jangkar juga merepresentasikan pertemuan budaya Tionghoa dan Jawa di Pasuruan. Meskipun makanan ini berasal dari tradisi Tionghoa, masyarakat setempat telah menerimanya tanpa memandang etnis atau agama. Bipang seringkali hadir dalam berbagai kegiatan adat, hari besar keagamaan, bahkan menjadi buah tangan dalam acara pernikahan atau perayaan lainnya.

Tak mengherankan jika masyarakat menganggap makanan ini sebagai simbol keharmonisan sosial budaya di Pasuruan. Setiap lapisan manisnya menyimpan kisah tentang kebersamaan dan keragaman yang hidup berdampingan.

Walaupun tetap menjaga kemurnian resep lama, Bipang Jangkar tetap mengikuti perkembangan zaman. Tantangan seperti tren hidup sehat, permintaan makanan ringan rendah gula, serta kompetisi dari cemilan luar negeri, mendorong produsen untuk berinovasi secara bijak.

Produsen telah melakukan berbagai inovasi, seperti menghadirkan varian rasa baru seperti cokelat, stroberi, dan kopi, tanpa menghilangkan rasa asli. Di samping itu, produsen juga meningkatkan kemasan produk agar lebih menarik dan higienis, guna menunjang produk ini dapat terdistribusi ke luar kota hingga pasar ekspor.

Toko Terbaru Bipang Jangkar Setelah Direnovasi - (Sumber : Zaky - dok pribadi)

Masa Depan: Menjaga Relevansi, Merawat Warisan

Di tengah derasnya arus globalisasi, menjaga eksistensi makanan tradisional bukanlah hal yang mudah. Namun keluarga Bipang Jangkar tetap menjadikan menjaga rasa dan merawat warisan budaya sebagai prioritas utama agar bisa terus relevan dengan zaman.

Jika kita telusuri lebih jauh, jejak sejarah Bipang Jangkar dimulai pada tahun 1949 sebagai bisnis keluarga di Pasuruan. Kemudian pada tahun 1990, keluarga ini mengembangkan usaha dengan menambah variasi produknya. Tahun 2017 menandai transformasi Bipang Jangkar menjadi Perseroan Terbatas, dan pada 2023 mereka mulai menembus pasar nasional dan merambah orientasi ekspor.

Bipang Jangkar bukan hanya camilan khas Pasuruan semata. Ia mencerminkan hasil kerja keras lintas generasi, perpaduan antara budaya, dan bukti bahwa produk tradisional tetap bisa bertahan meskipun zaman berubah. Kisah tentang menjaga rasa dan mewarisi tradisi menjadi dua hal yang berjalan berdampingan dalam perjalanan panjang mereka.

Ketika sepotong bipang meleleh di lidah, kita tidak hanya merasakan manisnya karamel atau kerenyahan beras, tetapi juga menikmati sepotong sejarah yang terus hidup dan terus diingat generasi mendatang.

Ayo konco luwee, buruan cobain Bipang Jangkar khas Kota Pasuruan yang satu ini. Lebih dari sekadar jajanan biasa, di baliknya tersimpan cerita panjang perjalanan sebuah kuliner legendaris yang tak lekang oleh waktu.

FAQ

  1. Apa itu Bipang Jangkar?                                                                                                Bipang Jangkar adalah makanan ringan khas Pasuruan berbahan dasar beras. Para pengrajin memanggang beras tersebut dan menambahkan karamel sebagai pemanis.
  2. Sejak kapan Bipang Jangkar diproduksi?
    Kwee Pwee Bok mulai memproduksi Bipang Jangkar sejak tahun 1949 dan merupakan salah satu kuliner legendaris di Kota Pasuruan.
  3. Siapa pendiri Bipang Jangkar?
    Pendiri Bipang Jangkar adalah Kwee Pwee Bok. Nama “Jangkar” sendiri diberikan oleh putra sulungnya, Kwee Ik Sam.
  4. Apakah Bipang Jangkar bisa menjadi oleh-oleh?                                                            Ya. Bipang Jangkar sangat cocok dijadikan oleh-oleh karena daya tahannya lama, praktis, dan tersedia dalam kemasan menarik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *