FOR YOUR PLATE – Malang. Hai SoMeal, apa kalian tau, kalau sebenarnya makanan atau sajian kuliner yang kita konsumsi merupakan representasi diri kita dalam aspek sosial dan budaya, sebagai salah satu media atau simbol komunikasi loh. Kok bisa sih? Yuk simak artikel berikut ini.

Komunikasi dengan Makanan, Emang Bisa?

Ilustrasi menu makanan yang dikonsumsi oleh seorang Vegan - Pexels.

SoMeal, ternyata bener lho, kita bisa berkomunikasi melalui makanan atau minuman yang kita konsumsi. SoMeal juga perlu tahu bahwa, ada hal unik dari peran makanan dalam aspek kehidupan sekitar kita. Termasuk aspek komunikasi sosial dan budaya. 

Sebagai makhluk sosial, proses komunikasi adalah salah satu kebutuhan utama manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari, baik secara verbal maupun nonverbal. Makanan atau kuliner juga bisa menjadi media dan simbol seseorang atau kelompok untuk berkomunikasi, baik internal kelompok maupun eksternal. Melalui proses dari mengolah kekayaan alam, hingga menjadi sebuah produk budaya, makanan punya banyak cerita.

Frida Kusumastuti, seorang Akademisi (Dosen) Komunikasi Lintas Budaya Universitas Muhammadiyah Malang memberi penjelasan bahwa, dengan makanan kita bisa berkomunikasi yang mana berkaitan erat juga dengan sosial dan budaya kita. “Benar sekali, bahwa makanan itu simbol dan sekaligus media komunikasi. Terutama komunikasi nonverbal. Misal, untuk menunjukkan anda seorang muslim, anda memilih makanan halal. Lalu sebut saja, para vegan menunjukkan komunikasi mereka dengan tidak makan daging merah atau daging binatang berkaki empat.” Jelas Frida. 

Makanan Sebagai Simbol dan Identitas Budaya

Hidangan tradisional Al-Mansaf khas Yordania - Pinterest.

Mengutip slofoodbank.org , makanan merupakan suatu cara hidup yang terjaga dari generasi ke generasi berikutnya, sehingga orang-orang cenderung memandang nya sebagai salah satu warisan budaya tak benda. Di antara daftar warisan budaya tak benda, UNESCO berkaitan dengan hidangan atau makanan yaitu, Harissa dari Tunisia, Al-Mansaf perjamuan meriah Yordania, serta Teknik pengolahan teh tradisional dan praktik sosial, Tiongkok, dll.

Realitanya, makanan atau kuliner yang ada di sekitar kita sangat terikat dan tidak terlepas dari pengaruh komunikasi lintas budaya. Menurut Frida, status sosial dan identitas budaya seseorang juga berkomunikasi melalui pilihan-pilihan bahan dan alat yang kita pilih, serta dari cara penyajian makanan. Fenomena dari pernyataan ini dapat dengan mudah kita temui di lingkungan sekitar kita. 

“Hal ini juga bisa kita temui ketika seseorang makan di piring keramik kualitas tinggi. Hal itu menunjukkan status berbeda dengan seseorang yang makan di piring plastik atau bahkan cukup di kertas bungkus. Sebagaimana juga, Mereka yang suka membagi-bagikan makanan kepada orang lain merepresentasikan dari status sosialnya di masyarakat,” tambah Frida. 

Jadi, makanan dari aspek budaya bisa dilihat dari ragam kuliner yang berbeda di setiap daerah. Perbedaan ini, bisa saja terjadi karena komoditas Sumber Daya Alam (SDA)  yang berbeda di setiap daerah. Misalnya, daerah pertanian lebih banyak menyuguhkan menu berbahan dasar sayuran. Berbeda dengan kuliner daerah pantai atau pesisir yang lebih banyak menghidangkan kuliner dari hasil laut.  “Iya, biasanya tuh, menu utama hidangan di daerahku itu, mayoritas dari hasil laut, seperti olahan ikan goreng, ikan kukus, dan ikan kuah,” ujar Ismi (21), penduduk pesisir pantai. 

Makanan Bagian Khas Upacara atau Ritual Kebudayaan

Olahan menu ketupat khas Lebaran (Idul Fitri) di Indonesia - Pinterest.

Jika SoMeal mengamati upacara adat di daerah kalian pastinya dilengkapi dengan makanan yang berbeda dari segi bahan, cara sajian, pengemasan dan cara mengkonsumsinya. Seperti beberapa makanan yang penyajiannya di waktu tertentu. Mengutip kompas.com,  seperti halnya jajanan pasar di antaranya yaitu, jadah, wajik, lemper, apem, menjadi makanan pelengkap pada acara pernikahan, kelahiran bayi, selamatan, sesajen dan sebagainya.

Simbol upacara atau ritual keagamaan/kepercayaan yang beragam, salah satunya dengan makanan. Contohnya, umat kristiani memiliki tradisi membagikan roti dan anggur. Sementara ritual lebaran atau hari raya Idul Fitri umat Islam di Indonesia dengan sajian hidangan ketupat dan sayuran khas daerah. Lalu, larangan keras umat Hindu dalam budaya untuk tidak mengkonsumsi daging sapi. 

Representasi Dimensi Budaya

Melalui makanan kita, secara tidak langsung kita menunjukkan dimensi budaya kita. Misalnya, untuk orang yg kita hormati kita menyuguhkan makanan khusus dengan cara yang khusus juga. Kemudian, untuk orang yang punya hubungan khusus/spesial, kita atur dengan kencan romantis dengan sajian makan malam di tempat khusus.

Demikian peran makanan sebagai simbol dan sekaligus media komunikasi dalam aspek sosial dan budaya kita. Makanan juga merupakan warisan budaya tak benda yang leluhur turunkan dan harus kita jaga. Meskipun kita punya cara, upacara, dan penyajian makanan yang berbeda. Tentunya harus saling menghormati dan menghargai ya SoMeal. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *