angsle dan ronde

FOR YOUR PLATE – Halo Konco Luwe! Angsle dan ronde hadir sebagai minuman khas Nusantara yang tumbuh dari percampuran budaya lokal dan Tionghoa. Keduanya awalnya terkenal sederhana sebagai penghangat malam hari di Jawa Timur. Kini angsle dan ronde semakin dihargai karena membawa makna kebersamaan dan identitas budaya.

Ilustrasi-Angsle
Sumber Radar Malang

Mengenal Angsle dan Ronde

Awalnya, masyarakat memandang angsle dan ronde hanya sebagai jajanan jalanan tanpa nilai lebih. Kemudian, minuman ini sekadar pengisi perut di udara dingin dan orang menganggap tidak bergengsi. Namun, kini keduanya justru menempati posisi penting dalam peta kuliner tradisional dan digemari generasi muda.

Selain itu, popularitas angsle dan ronde meningkat berkat generasi muda yang mengangkatnya ke media sosial. Selanjutnya, banyak foto dan cerita tentang kehangatan minuman ini tersebar luas di berbagai platform. Akhirnya, hal itu menumbuhkan apresiasi baru terhadap sajian tradisional yang sebelumnya terkesan biasa saja.

Suara Penjual

Mustaqim, penjual angsle asal Malang, menyebut bahwa perbedaan angsle dan ronde terletak pada kuahnya. Ronde menggunakan air jahe hangat manis, sementara angsle memakai santan hangat dengan racikan isi. Mustaqim juga menambahkan bahwa angsle biasanya berisi petulo, beras ketan, kacang ijo, roti, mutiara, dan daun pandan yang tersajikan panas.

Menurut Mustaqim, angsle bukan sekadar minuman malam, tetapi juga sumber penghidupan. Mustaqim berjualan angsle sepulang bekerja dan mampu menjual puluhan porsi setiap harinya. Cerita seperti ini memperlihatkan bagaimana kuliner tradisional memberi peluang ekonomi bagi masyarakat kecil. (Sumber: CoWasJP)

Perspektif Kuliner

Chef Wira Hardiyansyah menjelaskan bahwa ronde merupakan warisan kuliner yang berkembang dari budaya Tionghoa. Wira menuturkan bahwa sebelum masa Belanda, ronde pernah disebut Wedang Guyub yang melambangkan kebersamaan. Menurut Wira, bentuk bulat bola ronde menjadi simbol keakraban yang terus bertahan lintas generasi. (Sumber: CoWasJP)

Pandangan kuliner ini memperlihatkan bahwa makanan tidak hanya soal rasa, tetapi juga makna budaya. Setiap sajian menghadirkan cerita panjang yang melekat pada masyarakat yang melestarikannya. Hal ini membuat angsle dan ronde memiliki posisi penting di hati para penikmat kuliner Nusantara.

Meski awalnya orang menganggap sederhana, angsle dan ronde kini menyimpan nilai lebih dari sekadar minuman penghangat. Keduanya menggambarkan akulturasi budaya, perjalanan perdagangan rempah, dan kreativitas masyarakat lokal. Perubahan pandangan ini menjadikan angsle dan ronde bukan hanya sajian malam, melainkan warisan kuliner yang menyatukan generasi serta menghadirkan cerita kebersamaan.

FAQ

1. Apa asal-usul minuman hangat tradisional ini?
Minuman ini lahir dari perpaduan budaya lokal Jawa dengan pengaruh Tionghoa. Sejak lama minuman hangat tersebut hadir sebagai sajian malam hari untuk mengusir dingin sekaligus mempererat kebersamaan.

2. Mengapa minuman ini sering disajikan malam hari?
Tradisinya, penjual berkeliling saat udara dingin karena rasa hangat dari kuahnya mampu memberi kenyamanan. Selain itu, minuman ini mudah terkenal pada lintas generasi sebagai teman berbincang.

3. Apa bahan utama dalam sajian ini?
Bahan utamanya biasanya terdiri atas beras ketan, kacang, roti, mutiara sagu, dan kuah yang beraroma jahe atau santan. Variasi isian tergantung daerah dan kreativitas pembuatnya.

4. Apa makna budaya dari minuman hangat ini?
Minuman ini bukan sekadar pengisi perut, tetapi juga simbol kebersamaan. Bentuk bulat dari salah satu isiannya dipercaya melambangkan keakraban dan harapan panjang umur.

5. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap minuman ini sekarang?
Jika dulu hanya dianggap jajanan sederhana, kini posisinya naik sebagai bagian dari warisan kuliner Nusantara. Banyak kafe modern ikut menyajikan minuman ini dengan tampilan baru tanpa meninggalkan cita rasa tradisional.

6. Apa manfaat kesehatan dari minuman ini?
Kuah hangat berbahan jahe dapat membantu melancarkan peredaran darah dan menghangatkan tubuh. Sementara santan, kacang, dan ketan memberi energi tambahan yang cocok untuk malam hari.

7. Apakah minuman ini masih populer di era sekarang?
Ya, popularitasnya justru meningkat berkat generasi muda yang membagikan foto dan cerita di media sosial. Kini minuman ini hadir tidak hanya di jalanan, tetapi juga di berbagai acara kuliner dan festival budaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *