FOR YOUR PLATE — Halo Konco Luwe! Kerak telor Betawi muncul sejak masa kolonial Belanda dan terus lestari pada Jakarta. Makanan ini sering hadir saat acara budaya atau festival kuliner seperti Monas. Hebatnya, kerak telor sekarang justru jadi simbol identitas orang Betawi yang patut membanggakan.
Asal Mula Kerak Telor dari Menteng
Kerak telor bermula sekitar tahun 1920-an oleh masyarakat Betawi dari Menteng yang bereksperimen memakai kelapa sangrai dan rempah. Percobaan sederhana itu menghasilkan makanan unik dengan rasa gurih dan tekstur khas. Kemudian, makanan ini tumbuh pesat saat Gubernur Ali Sadikin ikut promosikan lewat berbagai festival budaya.
Pada awalnya, kerak telor hanya bisa nikmati para kalangan elit karena bahan mahal dan proses rumit. Namun, kini masyarakat luas dapat menikmatinya lewat banyak penjual kaki lima yang berjualan di kawasan Monas dan Kota Tua. Perubahan ini membuat kerak telor tidak hanya lezat, tapi juga terjangkau dan membumi.
Proses Masak yang Menarik
Kerak telor memakai bahan utama berupa ketan, telur ayam atau bebek, kelapa sangrai, ebi, dan rempah yang dikocok bersama. Lalu adonan tersebut panggang pada atas wajan kecil memakai arang hingga terbentuk kerak gurih di bawahnya. Cara masaknya yang unik membuat banyak generasi muda tertarik untuk menonton nya langsung.
Rasa gurih, manis, dan renyah membuat kerak telor bukan sekadar makanan biasa. Tekstur nya membangkitkan kenangan masa kecil sekaligus mengenalkan budaya Betawi pada orang luar. Selain itu, kuliner ini juga bantu gerakkan roda ekonomi warga lewat penjualan harian.
Sejarah dari Abah Ucup
Hasil pengamatan langsung pada 29 April 2023 di Kota Tua memperlihatkan antusiasme besar terhadap kerak telor. Menurut Abah Ucup, salah satu penjual, kerak telor muncul dari ketidaksengajaan masyarakat dalam mengolah kelapa berlimpah di wilayah Sunda Kelapa. Proses itu menciptakan makanan khas yang dapat dinikmati siapapun tanpa pandang status.
Kerak telor dulu sempat orang melihat sebagai kampungan oleh masyarakat urban karena tampilan dan aromanya. Namun, sekarang kuliner ini mewakili nilai tradisi dan warisan orang Betawi. Banyak anak muda justru mulai jualan kerak telor untuk melestarikan identitas budaya mereka.
Simbol Persatuan dalam Makanan
Kerak telor merupakan adaptasi dari omelet gaya Belanda yang diganti ketan sebagai bahan lokal. Teknik membalik wajan agar terbentuk kerak di bagian bawah memberi karakter kuat pada sajian ini. Filosofi makanan ini mencerminkan persatuan: berbagai bahan bersatu jadi satu rasa dan identitas.
Kerak telor kini tampil dalam berbagai festival, museum, hingga konten digital, jadi pengingat bahwa kuliner juga bisa jadi lambang sejarah dan kebanggaan bersama
FAQ
1. Apa itu makanan tradisional Betawi yang dimasak dengan arang?
Itu adalah sajian khas yang memakai campuran ketan, telur, kelapa sangrai, ebi, dan rempah. Proses masaknya menggunakan wajan kecil di atas bara arang sehingga bagian bawahnya membentuk kerak gurih.
2. Kapan pertama kali makanan ini muncul?
Kuliner ini diperkirakan sudah ada sejak awal abad ke-20 pada masa kolonial Belanda. Awalnya tercipta dari kreativitas masyarakat lokal yang memanfaatkan bahan berlimpah di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa.
3. Mengapa dulunya hanya dinikmati kalangan tertentu?
Dahulu bahan dan proses masaknya terbilang mahal serta rumit. Hal ini membuatnya lebih sering hadir di perayaan khusus dan hanya dapat dicoba rasa oleh kalangan menengah ke atas.
4. Bagaimana peran makanan ini dalam budaya Betawi?
Sajian ini menjadi ikon dalam festival budaya dan acara adat. Kehadirannya sering dijadikan daya tarik wisata serta simbol identitas masyarakat Betawi.
5. Apakah makanan ini masih populer sekarang?
Ya, kuliner ini masih banyak ditemui di area wisata seperti Monas dan Kota Tua. Bahkan generasi muda ikut menjualnya untuk melestarikan resep dan teknik masaknya.
6. Apa yang membuat proses masaknya unik?
Teknik membalik wajan di atas arang tanpa kompor modern menjadi ciri khas. Hasilnya memberikan aroma smokey yang sulit tergantikan oleh metode masak lain.