Makanan dari olahan katak.

FOR YOUR PLATE, Halo Konco Luwe! Swike, hidangan khas Purwodadi berbahan dasar katak, telah lama menggoda selera pecinta kuliner dengan cita rasanya yang gurih dan kandungan gizinya yang tinggi. Namun di balik kelezatan tersebut, muncul perdebatan sengit di tengah masyarakat, khususnya umat Islam, mengenai kehalalan daging katak. Di tengah kekayaan tradisi dan nilai gizi, swike pun berdiri di antara kenikmatan kuliner dan prinsip keyakinan agama.

Swike, Kuliner Tradisi dengan Cita Rasa Khas

Makanan dari olahan katak.
Sumber: Manuel Cruz/Canva

Di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah khususnya di Kecamatan Purwodadi,  masyarakat mengolah katak menjadi hidangan khas bernama swike. Makanan ini berasal dari pengaruh masakan Tionghoa yang masuk ke Indonesia. Banyak orang menganggap tekstur daging katak mirip dengan daging ayam. Karena itu, tak heran jika Purwodadi dikenal dengan sebutan “Kota Swike” berkat popularitasnya.

Biasanya, orang menyajikan swike dalam bentuk sup bening atau kuah kental yang berisi jahe, bawang putih, dan rempah-rempah lainnya. Potongan daging katak empuk menjadi bahan utamanya. Warga kerap menyantap swike bersama nasi putih hangat, menciptakan kenikmatan yang khas.

Salah satu tempat legendaris untuk menikmati swike di Purwodadi adalah rumah makan “Swike Asli Purwodadi”, atau lebih dikenal sebagai swike ‘Cik Ping’. Mereka telah mendirikan usaha ini sejak tahun 1901 dan kini generasi kelima keluarganya mengelolanya. Setiap hari, rumah makan ini mengolah sekitar 50 kilogram paha katak hijau. Koki meracik kaki katak dengan bumbu seperti jahe, bawang putih, garam, lada, dan tauco. Saat disajikan, swike diberi perasan jeruk nipis, taburan bawang putih goreng, dan daun seledri—menghasilkan perpaduan rasa pedas, gurih, dan segar yang khas.

Kandungan Gizi dan Manfaat Kesehatan

olahan makanan dari katak.
Sumber: Freepik

Sebagai bahan utama swike, daging katak mengandung nutrisi tinggi dan menawarkan berbagai manfaat kesehatan. Dalam setiap 100 gram daging katak segar, terdapat sekitar 16,4 gram protein, menjadikannya sumber protein hewani yang sangat baik. Lemaknya sangat rendah, hanya sekitar 0,3 gram, dan hampir tidak mengandung karbohidrat. Oleh karena itu, daging katak cocok untuk orang yang menjalani diet rendah lemak dan karbohidrat.

Selain protein, daging katak juga menyediakan beragam mineral penting, seperti fosfor (147 mg), kalsium (18 mg), dan zat besi (1,1 mg). Fosfor membantu menjaga kesehatan tulang dan gigi, zat besi berperan dalam pembentukan sel darah merah, sementara kalsium mendukung fungsi saraf dan tulang. Kandungan tersebut menjadikan daging katak sebagai alternatif sumber protein hewani yang bernilai tinggi.

Jurnal “Gizi Daging Katak (Rana cancrivora) sebagai Alternatif Protein Hewani” yang dipresentasikan dalam konferensi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung juga menyebutkan bahwa konsumsi daging katak dapat membantu melancarkan aliran darah, meningkatkan stamina, dan memperkuat daya tahan tubuh. Beberapa zat aktif dalam daging katak bahkan disebut memiliki potensi sebagai antibakteri alami.

Meski begitu, para peneliti menekankan pentingnya pengolahan higienis dan pemasakan yang tepat agar konsumen terhindar dari kontaminasi parasit atau mikroba. Dengan pengolahan yang benar, orang bisa menikmati daging katak sebagai makanan yang tidak hanya lezat, tapi juga bergizi dan menyehatkan.

Pandangan Islam: Halal atau Haram?

Makanan halal atau haram dalam islam.
Sumber: Freepik

Meskipun daging katak memiliki kandungan gizi yang tinggi, kehalalan swike dalam pandangan Islam masih menjadi perdebatan panjang. Sebagian besar masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam mempertanyakan status hukum mengonsumsi katak, terutama berdasarkan sudut pandang fiqih dan pendapat para ulama.

Mengutip Detik.com, mayoritas ulama dari empat mazhab besar Islam Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali sepakat bahwa katak termasuk hewan yang haram dikonsumsi. Dalam mazhab Syafi’i, yang dianut oleh sebagian besar umat Muslim di Indonesia, katak dianggap haram karena hidup di dua alam (amfibi) dan dilarang untuk dibunuh. Hadits yang melarang membunuh katak menjadi dasar utama bahwa dagingnya tidak boleh dikonsumsi.

Selain itu, menurut Kumparan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan bahwa daging katak tidak termasuk makanan halal. Komisi Fatwa MUI menegaskan bahwa larangan membunuh katak menjadi dasar kuat untuk mengharamkannya. Bahkan, penangkapan katak dalam jumlah besar untuk konsumsi dinilai bertentangan dengan prinsip pelestarian lingkungan.

Meskipun ada pendapat dari sebagian kecil ulama mazhab Maliki yang memperbolehkan konsumsi katak jenis tertentu, pandangan ini tidak menjadi rujukan utama di Indonesia karena sangat terbatas dan tidak sejalan dengan kaidah umum yang berlaku. Oleh karena itu, bagi umat Islam, menghindari konsumsi swike bukan sekadar pilihan pribadi, melainkan bagian dari alam ajaran agama. Konsumen Muslim perlu memperhatikan asal-usul makanan yang dikonsumsi dan memahami nilai-nilai syariat yang mengaturnya.

Bijak dalam Mengonsumsi

Swike, makanan berbahan dasar katak, mencerminkan kompleksitas kuliner yang menyentuh aspek rasa, gizi, budaya, agama, dan ekologi. Bagi mereka yang tidak memiliki larangan agama, swike bisa menjadi pilihan kuliner eksotis yang kaya protein. Namun, bagi umat Muslim, menghindari swike adalah bentuk kepatuhan terhadap prinsip-prinsip agama.

Perdebatan ini membuka ruang diskusi yang sehat mengenai bagaimana konsumen sebaiknya memikirkan tidak hanya soal rasa, tetapi juga asal-usul, dampak, dan nilai-nilai di balik setiap hidangan. Dengan pemahaman yang menyeluruh, kita bisa menjadi konsumen yang bijak dan bertanggung jawab, tanpa kehilangan identitas budaya ataupun melanggar keyakinan yang kita junjung.

FAQ

1. Apa itu swike?
Swike adalah makanan khas berbahan dasar daging katak, umumnya disajikan dalam bentuk sup bening atau kuah kental dengan rempah seperti jahe dan bawang putih. Hidangan ini populer di daerah Purwodadi, Jawa Tengah.

2. Apakah daging katak bergizi?
Ya. Dalam 100 gram daging katak terkandung sekitar 16,4 gram protein, rendah lemak (0,3 gram), dan hampir tanpa karbohidrat. Daging ini juga mengandung fosfor, kalsium, dan zat besi yang baik untuk kesehatan tulang, darah, dan daya tahan tubuh.

3. Apakah swike halal menurut Islam?
Mayoritas ulama dari mazhab Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hanbali menyatakan bahwa katak haram untuk dikonsumsi karena dilarang untuk dibunuh dan hidup di dua alam. MUI juga menyatakan bahwa katak tidak termasuk hewan yang halal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *