FOR YOUR PLATE, Halo Konco Luwe! Ketika menyebut kuliner khas pesisir Jawa Timur, nama Probolinggo mungkin tak langsung muncul di benak banyak orang. Padahal, kota yang berada di pesisir utara Pulau Jawa ini menyimpan kekayaan laut yang luar biasa. Salah satunya, masyarakatnya menjadikan kepiting olok sebagai simbol kuliner khas Probolinggo yang telah mengakar sejak puluhan tahun lalu dan kini semakin dikenal luas.
Jejak Kuliner di Pesisir Pantura

Kepiting olok merupakan sajian khas yang menggunakan kepiting soka atau kepiting lunak hasil tangkapan warga dari tambak-tambak di pesisir Probolinggo. Nama “olok” sendiri berasal dari bahasa Madura, yang berarti “tumis” atau “sambal tumis”. Nama ini mencerminkan cara memasak hidangan tersebut, di mana masyarakat biasanya menumis kepiting dengan bumbu khas seperti cabai, bawang putih, bawang merah, jahe, dan kemiri, lalu menambahkan air asam dan gula merah untuk menciptakan rasa manis, pedas, dan asam yang khas.
Masyarakat Probolinggo, khususnya yang tinggal di kawasan pesisir seperti Kecamatan Mayangan dan Wonoasih, telah mengolah kepiting soka ini sejak era 1970-an. Para nelayan dan petambak saat itu berupaya mengawetkan dan mengolah hasil laut secara sederhana namun tetap lezat. Dari situlah mereka menciptakan olahan kepiting olok yang kini menjadi sajian tradisional dan diburu pecinta kuliner.
Proses Pembuatan Kepiting Olok

Para pengolah memulai proses pembuatan kepiting olok dengan memilih kepiting muda yang masih segar, lalu membersihkannya dan mengukusnya hingga matang. Setelah matang, mereka memisahkan daging kepiting dari cangkangnya dan memasaknya bersama bumbu khas Probolinggo seperti bawang putih, bawang merah, jahe, dan sedikit kecap manis. Dalam beberapa resep, mereka juga menambahkan udang untuk memperkaya cita rasa dan teksturnya. Setelah bumbu meresap sempurna, para koki biasanya mengembalikan daging kepiting ke dalam cangkangnya, menciptakan tampilan yang menggoda selera.
Hidangan ini memadukan rasa manis dan gurih yang khas, serta menyajikan tekstur daging lembut yang berpadu dengan bumbu rempah kaya. Perpaduan ini menghasilkan sensasi rasa yang sulit dilupakan. Biasanya, masyarakat menyajikan kepiting olok bersama nasi putih hangat sebagai pilihan tepat bagi pecinta kuliner laut yang menginginkan pengalaman rasa autentik dan memuaskan.
Kuliner Warisan yang Menjadi Oleh-Oleh
Kini, masyarakat tak hanya menyajikan kepiting olok sebagai hidangan rumahan, tetapi juga mengemasnya secara modern melalui para pelaku UMKM di Probolinggo sebagai oleh-oleh khas daerah. Kamu bisa menemukan hidangan ini di berbagai pusat oleh-oleh atau rumah makan seafood di kota tersebut. Inovasi ini membantu memperluas popularitas kepiting olok hingga dinikmati wisatawan dari luar kota, bahkan luar provinsi.
Beberapa pelaku usaha juga mengembangkan varian rasa seperti kepiting olok pedas manis, kepiting olok rica-rica, hingga olok dengan tambahan petai atau daun kemangi untuk menarik minat pasar yang lebih luas. Meski banyak pelaku usaha memodifikasi resepnya, para penikmat tetap menjadikan versi original sebagai favorit karena resep itu mempertahankan cita rasa autentik dari bumbu warisan nenek moyang.
Identitas Kuliner Probolinggo
Kepiting olok kini telah menjadi bagian dari identitas kuliner Probolinggo yang membedakan kota ini dari daerah pesisir lainnya. Selain melambangkan kreativitas masyarakat pesisir dalam mengolah hasil laut, kuliner ini juga membuktikan bahwa masyarakat bisa menjaga tradisi agar tetap hidup dan berkembang seiring zaman. Bagi masyarakat lokal, menyantap kepiting olok tak hanya soal rasa, tetapi juga soal kenangan dan kebanggaan terhadap akar budaya mereka.
Jadi, jika Konco Luwe berkunjung ke Probolinggo, jangan lupa mencicipi kepiting olok yang menggoda. Tak hanya perut yang dimanjakan, tetapi juga pengalaman rasa yang akan melekat dalam ingatan.
FAQ
1. Apa itu kepiting olok?
Kepiting olok adalah hidangan khas dari Probolinggo yang terbuat dari kepiting soka (kepiting lunak) yang dimasak dengan cara ditumis menggunakan bumbu rempah khas, seperti cabai, bawang putih, bawang merah, jahe, dan kemiri. Cita rasanya memadukan manis, gurih, dan pedas.
2. Dari mana asal nama “olok”?
Nama “olok” berasal dari bahasa Madura yang berarti “tumis” atau “sambal tumis”, sesuai dengan metode memasaknya yang menggunakan teknik tumis bumbu.
3. Apa yang membuat kepiting olok unik dibandingkan olahan kepiting lainnya?
Keunikan kepiting olok terletak pada tekstur daging kepiting mudanya yang lembut serta penggunaan bumbu lokal khas Probolinggo. Biasanya, daging yang sudah dimasak dikembalikan ke dalam cangkang untuk disajikan.